Pempek: Ikon Kuliner Sumatra Selatan yang Mendunia


Kalau bicara tentang Sumatra Selatan, khususnya Palembang, satu hal yang langsung terlintas di kepala banyak orang adalah: pempek. Makanan khas yang satu ini sudah jadi ikon kuliner—bukan hanya di daerah asalnya, tapi juga di seluruh Indonesia, bahkan sampai luar negeri.

Tapi kenapa sih pempek bisa begitu identik dengan Sumatra Selatan? Apa yang membuatnya istimewa?


Lebih dari Sekadar Makanan

Pempek bukan cuma soal rasa ikan dan cuko pedas manis. Di balik satu porsi pempek, ada cerita sejarah, budaya, dan tradisi yang panjang.

Konon, pempek sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang. Beberapa versi menyebutkan bahwa pempek terinspirasi dari hidangan Tionghoa yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat lokal dengan bahan baku melimpah—yaitu ikan sungai seperti belida dan tenggiri.

Dari situ, pempek berkembang jadi makanan rakyat yang bisa dijumpai di mana-mana: dari pedagang kaki lima hingga restoran mewah.


Pempek dalam Kehidupan Orang Palembang

Bagi masyarakat Palembang, pempek bukan sekadar makanan sehari-hari. Ia hadir dalam momen-momen penting: hajatan, acara keluarga, perayaan keagamaan, hingga oleh-oleh wajib saat berkunjung ke Palembang.

Setiap keluarga bahkan punya resep rahasia masing-masing—mulai dari racikan cuko hingga takaran ikan dan sagu. Pempek jadi bagian dari identitas kultural yang diwariskan dari generasi ke generasi.


Mengenalkan Sumsel Lewat Pempek

Dinas pariwisata dan pemerintah daerah sering mempromosikan Sumatra Selatan lewat pempek. Dalam berbagai festival kuliner, pempek selalu jadi primadona.

Bahkan di luar negeri, pempek sering jadi “duta kuliner” Indonesia. Tak sedikit UMKM dan diaspora Indonesia yang membawa pempek ke mancanegara—dijual dalam bentuk frozen, dikirim lewat marketplace, atau disajikan di restoran Indonesia di luar negeri.


Pempek, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif

Sebagai ikon kuliner, pempek juga ikut menggerakkan ekonomi lokal. Banyak warga Palembang menggantungkan hidup dari usaha pempek—baik yang menjual, memproduksi cuko, pengemasan frozen, hingga bahan bakunya.

Bahkan di era digital, pempek makin eksis lewat media sosial dan platform jual-beli online. Muncul merek-merek pempek yang nggak cuma menjual rasa, tapi juga branding dan storytelling yang kuat.


Penutup

Pempek adalah bukti bahwa makanan bisa jadi representasi budaya, identitas, bahkan kebanggaan daerah. Ia tumbuh bersama sejarah Sumatra Selatan dan terus beradaptasi mengikuti zaman.

Jadi, lain kali kamu menyantap pempek, ingatlah bahwa di balik rasa gurih dan cuko yang pedas itu, ada warisan panjang yang patut dihargai.

Kamu tim pempek kapal selam atau adaan? Atau punya tempat langganan pempek legendaris? Share dong di komentar—bisa jadi inspirasi buat yang lain juga!

Komentar

Postingan populer dari blog ini