Pempek dan Cuko dalam Budaya Makan Palembang
Kalau kamu pernah ke Palembang atau tinggal di Sumatra Selatan, kamu pasti tahu satu hal: pempek bukan cuma makanan, tapi bagian dari gaya hidup. Bukan hal aneh kalau warga Palembang bisa makan pempek setiap hari, bahkan sampai dua kali sehari. Dan tentu saja, cuko-lah yang membuat semua itu terasa lengkap.
Tapi sebetulnya, seperti apa sih peran pempek dan cuko dalam budaya makan masyarakat Palembang?
Pempek Itu Bukan Camilan
Banyak orang luar Palembang menganggap pempek sebagai jajanan atau camilan. Padahal, di Palembang, pempek sering jadi pengganti nasi. Mau sarapan, makan siang, atau bahkan makan malam—pempek bisa jadi pilihan utama.
Ada pempek kapal selam untuk menu berat, ada juga pempek kecil-kecil seperti adaan, kulit, atau lenjer mini yang pas buat teman ngeteh sore. Bahkan di beberapa rumah, pempek jadi menu rutin yang selalu tersedia di meja makan.
Cuko: Saus Rasa, Identitas, dan Tradisi
Cuko bukan sekadar pelengkap. Dalam budaya makan Palembang, cuko adalah nyawa pempek. Orang Palembang punya kebiasaan khusus soal cuko:
-
Cuko disimpan dalam botol kaca, dan tidak semua orang boleh bikin—biasanya ada “ahli cuko” di keluarga.
-
Rasa cuko harus “pas” menurut standar lidah lokal: asam, manis, dan pedas menyatu seimbang.
-
Banyak orang Palembang yang membawa cuko sendiri saat ke luar kota, karena versi luar daerah biasanya "kurang nendang".
Uniknya lagi, cuko juga digunakan untuk makanan lain seperti otak-otak, tahu goreng, bahkan kerupuk!
Ritual dan Kebiasaan Makan Pempek
Makan pempek bukan cuma soal kenyang, tapi juga momen sosial. Banyak warga Palembang yang punya kebiasaan makan pempek bersama keluarga besar di akhir pekan atau saat ada tamu datang.
Biasanya, pempek disajikan dalam jumlah banyak, semua jenis dikumpulkan di satu meja besar. Lalu cuko ditaruh di mangkuk atau botol besar—bebas tuang sesuai selera.
Yang menarik, cuko jarang dituang langsung ke pempek. Orang Palembang biasanya mencocol, agar pempek tetap renyah dan tidak cepat lembek.
Antara Tradisi dan Adaptasi
Meski pempek sudah menjelma jadi makanan nasional dan bahkan internasional, masyarakat Palembang tetap menjaga tradisi makannya. Tapi di sisi lain, mereka juga terbuka pada inovasi—misalnya menerima pempek panggang, pempek mozzarella, atau cuko non-pedas untuk anak-anak.
Tradisi makan ini jadi bukti bahwa kuliner bukan hanya soal rasa, tapi juga identitas dan kebanggaan daerah.
Penutup
Pempek dan cuko bukan cuma makanan bagi masyarakat Palembang—mereka adalah simbol budaya, bagian dari keseharian, dan perekat sosial dalam keluarga dan komunitas.
Kalau kamu pernah makan pempek langsung di Palembang, kamu pasti akan merasakan bedanya: bukan cuma soal rasa, tapi suasana dan kebiasaannya juga bikin nagih.
Kamu punya pengalaman seru makan pempek di Palembang? Atau kamu punya cara unik menikmati pempek? Cerita di kolom komentar, ya!
Komentar
Posting Komentar